Sari Budaya Tinong Angker Balesari |
Salah satu hasil seni budaya bangsa Indonesia yang sudah banyak dikenal adalah wayang dan sudah mendapatkan pengakuan dari badan Dunia UNESCO. Kali ini muncul sebuah komunitas seni yang mengembangkan pagelaran Wayang Kardus sebagai salah satu alternatif untuk ikut melestarikan kebudayaan dan kesenian wayang. Adalah Sari Buadaya Tinong Angker yang beralamatkan di dukuh Balesari RT 02 RW 02 Mulur Bendosari Sukoharjo dimana dalam keterbatasan modal yang dimiliki mampu menciptakan kreasi seni Wayang dari bahan Kardus sebagai usaha pelestarian kebudayaan dan kesenian khususnya Wayang. Bahan kardus ini yang merupakan sisa wadah produk yang sudah tidak terpakai kemudian diubah menjadi berbagai bentuk tokoh wayang mulai dari tokoh semacam Punokawan, Pandawa hingga tokoh wayang jaman now. Berkat salah satu tangan dingin dari Tri Kusomo yang juga berperan sebagai dalang pewayangan Sari Budaya inipun tercipta sebuah produk daur ulang yang bisa menghibur masyarakat setempat.
Ki Dalang Kusumo beraksi |
Pada awalnya group ini berawal dari sebuah perjalanan penggabungan kesenian wayang dan alat musik kontemporer dimana saat itu Nur Hamzah, S.T sebagai komendan mengajak para pemuda Balesari untuk berkreasi musik mengiringi sebuah program sosialisasi yang dimulai tahun 2017 dan selama 1 tahun berjalan untuk sosialisai mengenai Rumah Sehat. Berjalan seiringnya waktu kemudian group musik ini berkolaborasi dengan Tri Kusumo yang juga warga Balesari dan mempunyai jiwa seni perdalangan kemudian terciptalah Sari Budaya Tinong Angker dimana antara Nur Hamzah sebagai ketua musik dan Tri Kusumo dibagian Dalang. Sudah beberapa kali pementasan yang dilakukan oleh Sari Budaya Tinong Angker seperti pementasan 17 an di Balesari sendiri, perayaan ulang tahun kelompok Mina Tani, Pagelaran Seni bersama Dinas Kesenian dan Budaya Propinsi Jateng serta beberapa acara resepsi pernikahan masyarakat sekitar kampung Balesari.
Wayang Kardus Sari Budaya |
Ada 2 hal yang menjadi poin dalam Sari Budaya Tinong Angker ini yaitu kesenian dan daur ulang barang bekas yaitu kardus dimana keduanya bisa menjadi sebuah kolaborasi unik dan menghibur. Untuk pengiringpun hanya menggunakan alat musik kontemporer dan bukan gamelan layaknya sebuah pagelaran Wayang namun dimana sebuah keterbatasan bisa mengubah dan menghibur bagi masyarakat. Hal seperti inilah yang harus kita contoh dimana keterbatasan membuat kita untuk semakin kreatif dan mampu untuk berkembang.
Nah jika anda tertarik untuk nanggap bisa datang ke dukuh Balesari RT 02 RW 02 Desa Mulur Kecamatan Bendosari Sukoharjo dengan kontak person sodara Nur Hamzah, S.T pemilik Omah Glidik di sebelah timur Waduk Mulur.
No comments:
Post a Comment