Thursday, January 24, 2019

Kampung Kedung Gudel Kenep Kampung Peradaban Islam Pertama di Sukoharjo

Masjid Darussalam Kedung Gudel

Salah satu bukti tentang Kampung Kedung Gudel sebagai salah satu Kampung dengan Peradaban Islam adalah adanya Masjid Darusslaman yang sudah ada kokoh berdiri sejak 1837 (ini adalah renovasi ke 3) yang tercatat dalam prasasti yang berada di depan masjid Kedung Gudel. Kisah Kampung Kedung Gudel dimulai dengan salah satu murid Sunan Kalijaga yang berkelana untuk menyebarkan ajaran agama Islam di pedalaman Pulau Jawa. Murid yang berasal dari Pulau Lombok tersebut akhirnya dikenal dengan nama Kyai Lombok. Menurut arahan Sunan Kalijaga sang murid tersebut disuruh berjalan ke arah selatan dari Demak hingga menemukan tepian bengawan solo yang berpasir seperti pantai di seblah utara Gunung Gajah Mungkur. Dan akhirnya menetap dan berdakwah di Kampung Kedung Gudel. Nama kampung Kedung Gudel sendiri berasal dari kata Kedung (lubuk) dan Gudel (anak kerbau). Pada saat selesai pembangunan Masjid Darussalam konon salah satu hewan ternak Kyai Lombok terjerembab ke dalam lubuk Bengawan Solo sehingga sebagai pengigat nama kampung tersebut akhirnya dinamakan Kedung Gudel.

Kyai Lombok pendiri Kampung Kedung Gudel

Makam Kuno Islam di Kedung Gudel

Secara administratif kampung Kedung Gudel berada di Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, dan berada di sebelah barat laut dari kota Sukoharjo. berbatasan dengan Banmati di sisi selatan, Tangkisan di sisi Barat. Dulunya memang merupakan kampung di tepian Bengawan Solo namun karena sering mengalami banjir akhirnya dibuatlah proyek pelurusan sungai Bengawan Solo dan kini kampung Kedung Gudel termasuk dalam wilayah Kalimati. Hal ini sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar kampung Kedung Gudel dimana dulunya alat transportasi lewat jalur sungai sehingga kampung Kedung Gudel menjadi ramai kini menjadi semakin sepi dan jauh dari hiruk pikuk keramaian.
Desa Wisata Kreatif Kenep

Mimbar Masjid dengan keindahan seni ukir

Salah satu tanda bahwa Kedung Gudel dulunya merupakan tempat ramai adalah dengan pemukiman yang padat penduduk dengan adanya model rumah saling berhimpitan satu dengan yang lainnya. Terdapat pula pasar tradisional yang hingga kini masih berfungsi setiap pagi hari. Masjid tua Darussalam juga salah satu bukti adanya peradaban Islam yang tinggi disini. Konon disinilah kala itu Raja Kraton Surakarta memberikan dukungan dan bertemu dengan Pangeran Diponegoro saat melawan penjajah Belanda. Disinilah ibarat kita mendapatkan bukti sejarah yang hilang dari sejarah bangsa Indonesia khususnya budaya Islam. Di masjid inilah juga pernah diadakan Muktamar Muhammadiyah Pertama yang saat itu Surakarta sebagai tuan rumah. Dan pada saat itu para peserta Muktamar mendapatkan jamuan Bothok Miri yang merupakan salah satu menu asli Kedung Gudel yang hingga kini masih ada.
Kedung Gudel merupakan salah satu basis para pejuang perlawanan kepada Belanda, beberapa kali tempat ini menjadi medan pertempuran namun atas izin Allah kampung Kedung Gudel tetap berdiri kokoh hingga sekarang. Menurut salah satu pemerhati budaya dan sejarah yang kami temui di Kedung Gudel yaitu mas Sehono, bahwa kampung Kedung Gudel yang ada sekarang ini merupakan lapis ke 3 karena 2 lapis sebelumnya terjadi penghilangan sejarah yaitu karena kondisi perang dan politik yang juga dipengaruhi perlawanan Pangeran Diponegoro kepada Belanda selain itu faktor geografis yang berada di pinggir Bengawan Solo dimana sungai ini sering banjir besar banyak menghilangkan bukti-bukti naskah sejarah yang ada sehingga untuk pendalaman lebih lanjut tentang sejarah Kedung Gudel hanya bisa disusun dari bukti-bukti sejarah yag masih ada seperti masjid, kuburan kuno, dan cerita dari para pinisepuh yang masih ada. Masih terkait perjuangan Diponegoro di situs Goa Mertan Bendosari

Pasar Tradisional Kedung Gudel

Dari segi kehidupan bermasyarakat di Kampung Kedung Gudel termasuk dalam strata golongan masyarakat menengah keatas, hal ini dapat dilihat dari aneka kuliner yang bertahan hingga saat ini. Jenang dodol dan Jenang Krasikan merupakan salah satu makanan kecil yang menjadi cemilan para raja-raja dahulu serta menjadi bekal bagi para penyebar agama Islam saat berkeliling ke daerah-daerah lainnnya. Kebudayaan lain yang menunjukkan bertama majunya masyarakat Kedung Gudel kala itu adalah ukiran yang masih tersisa di mihrab masjid yang sangat halus dalam penataan gambarnya.
Baca juga mengenai Kisah Sejarah Waduk Mulur
Nah jika anda sekalian tertarik untuk menikmati suasana masa lampau khususnya untuk menikmati kejayaan masa Islam anda bisa berkunjung ke kampung Kedung Gudel yang berada di Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo. Berkeliling di kampung Kedung Gudel serasa waktu berhenti sejenak dan terasa sangat damai dan asrinya suasana di kampung ini. Bernostalgia dengan masa lalu dengan menyusuri gang dan jalan di Kedung Gudel akan memberikan sebuah sensasi tersendiri dengan kearifan masyarakat sekitarnya yang tergolong sangat maju dalam pola pikirnya. Semoga keadaan Kampung Kedung Gudel sebagai salah satu bukti sejarah dan budaya tetap selalu lestari dan dijaga dengan baik oleh kita semua dan dapat menjadi warisan sejarah dan budaya bagi anak cucu kita nanti.

No comments:

Post a Comment