Dalam beberapa kali melakukan blusukan untuk mencari informasi terkait dengan tulisan yang kami sajikan dalam blog ini, membuat kami sedikit kaget dan tercengang melihat keanekaragaman budaya serta sejarah yang terkandung di wilayah Sukoharjo. Sungguh sebuah tantangan untuk mengulik lebih dalam mengenai sisa sisa peradaban dan sejarah yang menjadi perjalanan Kota Sukoharjo di era millenial ini. Mulai dari sejarah terkait dengan Babad Tanah Jawa hingga perkembangan peradaban Islam yang tersebar seantero wilayah Sukoharjo.
Sebagai salah satu wilayah yang dekat dengan Kraton Solo tentunya banyak sekali kejadian yang terkait dengan wilayah Sukoharjo. Mulai dari sejarah Kraton Pajang, Kraton Kartosuro hingga akhirnya Kraton Solo. Petilasan maupun daerah yang terkait dengan kejadian sejarah hingga saat ini masih bisa dijumpai. Sebagai contoh adalah Makam Sutawijaya di Bukit Majasto dimana merupakan salah satu guru dari Joko Tingkir yang merupakan pendiri Kraton Pajang yang dikenang hingga kini. Sebelum berguru kepada Sunan Kali Jaga pada masa mudanya Joko Tingkir berguru kepada Sutawijaya dan akhirnya mempunyai nama Hadiwijaya. Dan konon ketika menuju ke Demak untuk berguru kepada Sunan Kali Jaga, Jaka Tingkir dihambat oleh siluman buaya putih namun akhirnya buaya putih tersebut kalah dan menjadi pengikut Jaka Tingkir bahkan mengantarkan rakit yang ditumpangi hingga Demak. Tempat dimana perkelahian tersebut terjadi di Kedung Srengenge yaitu salah satu kedung di Bengawan Solo yang berada di wilayah Sonorejo. Nama Sonorejo sendiri berasal dari tongkat Jaka Tingkir yang ditancapkan kemudian tumbuh menjadi pahon dengan bunga yang indah. Bunga inilah yang menarik hati Raja Surakarta Pakubuwono IX dan masyarakat lain sehingga tempat dimana pohon bunga itu tumbuh diberikan nama Sono (bung) rejo (ramai).
Kisah lainnya mengenai Kampung Kedung Gudel yang merupakan salah satu tempat dimana Pangeran Diponegoro bertemu dengan Pakubuwono VI dalam rangka memerangi Belanda, namun akhirnya terendus oleh Belanda dan sempat kampung ini dibumi hanguskan. Salah satu peninggalan yang tersisa hingga kni adalah Masjid Darussalam Kedung Gudel. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda kemudian perjuangan beliau diteruskan oleh RA Serang bersama salah satu senopatinya dan meninggalkan jejak persembunyian yang kini dikenal dengan nama Goa Mertan yang berada di desa Mertan Bendosari Sukoharjo. Beberapa nama kampung juga terkait dengan sejarah ini seperti Mulur, Jagan, Kenteng.
Baca juga Situs Cagar Budaya di Nguter
Jejak penyebaran agama Islam yang juga bisa anda temukan di Sukoharjo adalah keberadaan Watu Kelir yang berada di Pasar Watukelir, Weru Sukoharjo bagian Selatan. Konon dahulu disinilah sering diadakan wayangan sebagai media hiburan sekaligus media dakwah dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Selatan Sukoharjo. Bahkan Samber Nyawa alias Mangkunegara pertama juga melakukan perang gerilya melawan Belanda di daerah Sukoharjo Selatan ini.
Yang masih membuat kami penasaran adalah ditemukan beberapa peninggalan jaman Hindu atau Budha yang tersebar antara lain di wilayah Weru dan Baki Sukoharjo serta wilayah Nguter dengan penemuan arca-ara, untuk lebih lanjut tentunya menjadikan sebuah tantangan untuk mengali informasi terkait hal ini. Selain itu adanya berita mengenai harta peninggalan purbakala yang banyak ditemukan oleh para pemburu harta karun ditemkan diarea persawahan Joho Sukoharjo tentu juga menambah rasa penasaran mengenai Sukoharjo.
Lokasi yang masih menyimpan banyak peninggalan sejarah Kraton Solo yang bermula dari Kerajaan Pajang kemudian Kraton Kartosuro juga merupakan sebuah situs sejarah dan budaya yang ada di wilayah Sukoharjo. Beberapa petilasan dan makan kuno pun yang terkait dengan sejarah ini banyak berada di wilayah tersebut. Nah bagaimana nantinya Pemerintah dapat memanfaatkan potensi ini sebagai salah satu daya tarik wisatawan untu datang ke Sukoharjo dan mengolahnya dalam sebuah paket wisata sejarah dan budaya seperti yang sudah banyak di lakukan di tempat lain untuk menarik wisatan mancanegara khususnya agar Sukoharjo semakin dikenal di dalam peta Wisata Dunia.
Koreksi:
ReplyDelete1. Sutawijaya itu anaknya Pemanahan yang jadi anak angkatnya Hadiwijaya alias Joko Tingkir. Sutawijaya ini yang kelak menjadi Raja Mataram pertama.
2. Perjalanan rakit Joko Tingkir itu dari Banyubiru (Rawapening) melalui kali Tuntang. Tidak melewati Bengawan Solo. Mau ke Demak kok lewat Bengawan Solo.
Maaf sebelumnya, banyubiru di sini bukan banyubiru di ambarawa, tetapi banyubiru di desa jatingarang kecamatan weru. Perginya jaka tingkir ke banyu biru itu untuk berguru kepada ki ageng purwito sidhik(alias ki ageng banyubiru). Kenapa dinamai banyu biru, karena ki ageng purwito sidik sewaktu bertapa di sebuah telaga, airnya berubah menjadibiru
ReplyDelete