Pasar ini sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan sehingga umur pasar ini kemungkinan sudah lebih dari 1 Abad.
Pasar tradisional ini dulu pernah mencapai era kejayaan di tahun 80an dimana menjadi sentra transaksi oleh masyarakat sekitarnya.
Keberadaan pasar Plarung yang kini dikelola oleh pihak Pemerintah Desa Cabeyan masih berjalan namun kondisinya tentu berbeda dari sebelumnya terlebih pasca Pandemi 2 tahun kemarin. Kini para pedagang sedikit bernafas lega karena kelonggaran aktifitas yang telah diberikan pemerintah dengan berlalunya pandemi 2 tahun terakhir ini. Masyarakat pun menyambut kebangkitan ini untuk memulihkan sektor ekonomi khususnya di lapisan masyarkat bawah.
Para pedagang pun berharap ke depan pasar Plarung dapat kembali eksis sebagai pusat transaksi di era Millenial dan modern seperti sekarang ini. Salah satu yang bisa menjadi jalan adalah mengenang kembali kejayaan pasar Plarung dengan mengenang masa masa dahulu lewat Retro Culture. Beberapa tokoh masyarakat pun menyuarakan kegelisahan ini dan mengharapkan adanya perhatian terhadap kondisi pasar Plarung agar ramai seperti dahulu kembali.
Mengenang masa masa lampau dengan Retro Culture bisa menjadi salah satu cara menarik kembali masyarakat luas untuk berkunjung ke pasar tradisional semacam Pasar Plarung Cabeyan ini. Seperti jajanan khas tempo dulu semisal gendar pecel, bubur lemu, nasi jagung atau buah buah lokal semisal pisang, jambu klutuk, pepaya dan buah hasil kebun lainnya.
Sektor pertanian pun bisa dijual disini seperti ketan, kedelai, kacang dalam bentuk mentah ataupun matang untuk cemilan. Dengan memberikan sentuhan seni, budaya dan adat dengan semacam pertunjukan tradisional bisa menarik minat kaum Millenial untuk kembali melirik pasar Plarung sebagai salah satu tujuan wisata belanja.
Nah bagaimana tanggapan anda? Silahkan isi komentar dibawah artikel ini ya. Khalid
No comments:
Post a Comment