Wednesday, November 21, 2018

Jemparingan Olahraga Panahan Tradisional

Komunitas Jemparingan Jogoboyo Gayam


Bagi kita orang jawa tentu masih mengenal istilah Jemparingan yaitu Olahraga Panahan Tradisonal yang berkembang dari sejak jaman keraton dahulu hingga sekarang khususnya di wilayah Jogjakarta dan Surakarta. Jemparingan biasanya dilakukan oleh para laki-laki namun saat ini juga sudah banyak kaum wanita yang tertarik dengan olahraga tradisonal yang satu ini. Jemparingan memang lekat dengan kata panahan yang berarti mengolah hati atau istilah jawanya olah rasa. Panahan sendiri mengandung filosofi mengenai ketenangan jiwa sebelum melesatkan anak panah ke titik target. Dalam panahan sendiri ada beberapa macam tehnik dan salah satunya ya Jemparingan itu tadi dimana para pemanah duduk bersila dan membidik titik target berupa bandulan yang terdiri dari 3 poin yaitu kepala, badan dan kaki/sikil dengan tanda isyarat lonceng yang akan berbunyi jika anak panah mengenai salah satu bagian target tadi. Selain itu ciri khas lainnya adalah penggunaan pakaian adat Jawa Surjan lengkap dengan blangkon dan kerisnya.
Saat ini Jemparingan kembali bergeliat dan menjadi salah satu olahraga alternatif yang dekat dengan pelestarian budaya tradisional jawa. Hal ini terlihat dari semakin maraknya Gladen atau latihan bersama boleh juga disebut event lomba Jemparingan yang rutin diadakan di beberapa wilayah di Jogja-Solo. Salah satunya juga pernah diadakan di Alun-Alun Kota Sukoharjo pada 6 November 2016 silam. Salah satu komunitas Jemparingan di Kota Sukoharjo yang saat ini rutin mengadakan latihan setiap hari Jumat sore dilapangan Kalurahan Gayam adalah komunitas Jemparingan Jogoboyo. Dalam filosofinya Jogoboyo mempunyai arti waspada akan datangnya marabahaya atau njagani bebayan (bahasa Jawa) sehingga komunitas ini nantinya bisa menjaga ketentraman dan kedamaian lewat silaturahmi yang ada dalam Jemparingan.

Anak Panah dengan nuasan millenial

Selain itu masih ada beberapa komunitas Jemparingan lainnya yang tersebar di wilayah Sukoharjo. Untuk Jemparingan biasanya memang lebih disukai oleh para bapak-bapak ataupun orang dewasa, sedangkan untuk anak biasanya lebih pada pelatihan panah Perpani yang lebih fokus pada olahraga prestasi panahan. Seperti pelatihan di lapangan Pringgondani Mulur Mbah Marbot yang dipimpin oleh Mas Mamo dimana telah menghasilkan atlet-atlet panahan berprestasi baik skala daerah bahkan hingga atlet nasional.
Baca juga: Waduk Mulur sebagai Pelestarian Budaya
Dengan semakin maraknya Jemparingan dan Panahan ini pun membuat industri kreatif pembuatan Busur dan Anak panah juga ikut berkembang. Banyak pembuat alat Jemparingan ini berkembang di wilayah Sukoharjo dan sekitarnya sehingga ikut menjadikan Sukoharjo sebagai salah satu produsen alat Jemparingan yang berkualitas di Solo Raya. Ada baiknya jika anda tertarik untuk mencoba olahraga tradisional ini silahkan bergabung dengan komunitas Jemparingan yang sudah ada seperti Jogoboyo di Kalurahan Gayam yang sudah rutin menggelar latihan bersama untuk lebih detail dalam mempelajari seni memanah tradisional ini. Selain sebagai sarana olahraga juga ikut melestarikan budaya Jawa agar tetap lestari di masa yang akan datang.
Demikian tadi sekilas mengenai Jemparingan Olahraga Panahan Tradisonal yang semakin banyak peminatnya sehingga akan menambah ramainya generasi penerus dalam mencintai budaya asli Jawa dan memberikan arti luasnya sebagai salah satu bukti rasa cinta kepada tanah air Indonesia. (Nur)

No comments:

Post a Comment