Wednesday, January 30, 2019

Asal Usul Kampung Tambak Boyo di Sukoharjo

Tayub Bersih Desa Tambak Boyo


Bengawan Solo yang membelah wilayah Sukoharjo meninggalkan sebuah sejarah mengenai nama-nama wilayah di sekitarnya. Setelah kami ulas mengenai Kampung Kedung Gudel kini kita sedikit bergeser ke arah utara ke Kampung/Desa Tambak Boyo. Nama kampung ini tak lepas dari sejarah Bengawan Solo yang melintasi bagian barat dari Tambak Boyo. Konon asal usul penamaan Tambak Boyo dari asal kata Tambak (kolam) dan Boyo (buaya) yang dahulu memang sering terlihat di sepanjang Bengawan Solo.


PundenTambak Boyo
Situs Cagar Budaya di Nguter Dalam dongeng Jaka Tingkir hewan buas 2 alam ini memang disebutkan dan menjadi salah satu pengikut Jaka Tingkir setelah berhasil dikalahkan saat bertarung di Kedung Srengenge. Kisah Jaka Tingkir yang legendaris hingga kini masih sering diperbincangkan apalagi jika terkait dengan Sejarah Kraton Pajang. Kampung Tambak Boyo memang sebuah kampung kecil yang kini menjadi sebuah desa yang berada di pinggir Kali Mati Bengawan Solo. Disini kehidupan masyarakat yang kebanyakan petani maupun tukang terlihat dari keseharian para penduduknya.
Beberapa penduduk aslinya pun banyak yang merantau ke kota besar bahkan hingga luar Pulau Jawa. Kondisi geografis yang berada di penggiran inilah menyebabkan masyarakatnya lebih suka untuk keluar dari Tambak Boyo. Salah satu peninggalan purbakala dan sejarah yang ada di kampung ini adanya Punden Tambak Boyo yang sudah diakui oleh Dinas terkait dan massih terjaga hingga kini dan berada di dekat kantor Kelurahan Tambak Boyo. Secara administratif Tambak Boyo masuk dalam kecamatan Tawangsari

Wayang Kulit dalam acara Bersih Desa Tambak Boyo

Kampung dahulu terisolir oleh aliran Bengawan Solo yang mengelilingi membuat sedikit perubahan yang terjadi, namun setelah adanya proyek pelurusan Bengawan Solo akses menuju Kampung Tambak Boyo lebih mudah dan berimbas pada sektor pembangunan. Namun hal ini tidak mengubah penduduk Tambak Boyo yang memang sederhana dan berasifat agraris dengan mengolah lahan untuk pertanian. Disinilah masih terasa suasana khas pedesaan dengan keramah tamahan penduduknya.
Salah satu potensi yang bisa dikelolal dari Tambak Boyo adalah wisata mancing dengan membuat areal kolam memanfaatkan keberadaan Kalimati sisa aliran Bengawan Solo. Dengan sedikit polesan tentu bisa mendatangkan pengunjung untuk datang ke Tambak Boyo. Salah satu ikan air tawar yang banyak terdapat disini adalah ikan gabus yang bernilai tinggi. Hanya saja kadang masih ada pelaku ilegal fishing dengan meracuni ikan-ikan yang ada. Hal ini butuh perhatian dari pemerintah setemapat untuk mencegah racun ikan agar tetap lestari dan bermanfaat bagi amsayarakat luas.
Salah satu keunikan Desa Tambak Boyo adalah dengan digelarnya budaya Tayub alias Tari Tarian pada acara bersih desa Tambak Boyo yang digelar setiap tahunnya di Punden Desa Tambak Boyo. Dan pada malam harinya biasanya diadakan pagelaran Wayang Kulit. Selain untuk melestarikan budaya dan memberikan informasi Asal Usul Tambak Boyo juga gelaran sebagai wujud rasa syukur atas rejeki yang telah dilimpahkan kepada masyarakat Tambak Boyo dari Gusti Alloh.

Makam Gajah Asal Usul Kampung Begajah Sukoharjo

Makam Gajah Asal Usul Nama Begajah

Sebuah nama kampung memang biasanya ada terkait dengan sejarah yang ada di tempat tersebut. Salah satunya adalah nama Begajah yang ada di selatan Kota Sukoharjo. Mendengar nama tersebut tentulah kita langsung membayangkan sosok binatang yang besar dengan hidung panjang dan telinga lebar. Tak salah memang karena nama Begajah ada kaitan dengan nama binatang Gajah tersebut, namun cerita tentang hal tersebut tidak semua orang Sukoharjo paham bukan? Nah kali ini akan kami jelaskan mengenai Asal Usul nama Kampung Begajah dalam ulasan kali ini.
Pada masa itu adalah 2 orang utusan dari Kraton Kasunanan Surakarta yang ditugaskan untuk mengirimkan surat ke Wonogiri. Dalam perjalanan tersebut ketika melewati wilayah Sukoharjo (yang saat itu masih banyak terdapat rawa-rawa) gajah tersebut terperosok ke dalamnya (istilahnya mbeg) dan akhirnya tidak bisa bangun dan deprok di dalam mbeg tersebut hingga mati karena tidak kuat dan kelelahan menopang berat badannya sendiri. Dan saat itulah nama Kampung tersebut dinamakan Begajah dari kata Mbeg dan Gajah dan dikenal sampai saat ini.

Makam 2 Srati Gajah

Dalam menelusuri asal usul penamaan tersebut kami mencoba mencari keberadaan makam gajah yang konon memang ada dan terdapat di Kampung Begajah. Sesuai dengan araha dari salah satu teman yang memang domisili di Kampung Begajah akhirnya kami berhasil mengabadikan Makam Gajah yang berada di RT 2 RW 4 Kalurahan Begajah Sukoharjo. Selain makam gajah disitu juga ada 2 makam lainnya yang merupakan makam 2 orang Srati (pawang gajah) yang berada di sisi makam gajah sebagai kecintaan terhadap hewan yang dirawatnya. Inilah bukti sebuah hubungan mendalam antara manusia dengan binatang yang terjalin hingga mati dan wajib kita teladani sikap dan rasa kasih sayang kepada binatang selayaknya seperti apa yang dilakukan oleh 2 orang srati tersebut.
Nah jika anda penasaran silahkan datang ke Kampung Begajah yang berada di selatan Kota Sukoharjo untuk sekedar mengingat jasa dan sejarah yang ada di Sukoharjo. Era boleh millenial anmun sejarah adalah sebuah pengigat akan masa lampau agar kita bisa menatap masa depan lebih terang.

Tuesday, January 29, 2019

Jejak Sejarah Yang Terkait Dengan Sukoharjo

Dalam beberapa kali melakukan blusukan untuk mencari informasi terkait dengan tulisan yang kami sajikan dalam blog ini, membuat kami sedikit kaget dan tercengang melihat keanekaragaman budaya serta sejarah yang terkandung di wilayah Sukoharjo. Sungguh sebuah tantangan untuk mengulik lebih dalam mengenai sisa sisa peradaban dan sejarah yang menjadi perjalanan Kota Sukoharjo di era millenial ini. Mulai dari sejarah terkait dengan Babad Tanah Jawa hingga perkembangan peradaban Islam yang tersebar seantero wilayah Sukoharjo.
Sebagai salah satu wilayah yang dekat dengan Kraton Solo tentunya banyak sekali kejadian yang terkait dengan wilayah Sukoharjo. Mulai dari sejarah Kraton Pajang, Kraton Kartosuro hingga akhirnya Kraton Solo. Petilasan maupun daerah yang terkait dengan kejadian sejarah hingga saat ini masih bisa dijumpai. Sebagai contoh adalah Makam Sutawijaya di Bukit Majasto dimana merupakan salah satu guru dari Joko Tingkir yang merupakan pendiri Kraton Pajang yang dikenang hingga kini. Sebelum berguru kepada Sunan Kali Jaga pada masa mudanya Joko Tingkir berguru kepada Sutawijaya dan akhirnya mempunyai nama Hadiwijaya. Dan konon ketika menuju ke Demak untuk berguru kepada Sunan Kali Jaga, Jaka Tingkir dihambat oleh siluman buaya putih namun akhirnya buaya putih tersebut kalah dan menjadi pengikut Jaka Tingkir bahkan mengantarkan rakit yang ditumpangi hingga Demak. Tempat dimana perkelahian tersebut terjadi di Kedung Srengenge yaitu salah satu kedung di Bengawan Solo yang berada di wilayah Sonorejo. Nama Sonorejo sendiri berasal dari tongkat Jaka Tingkir yang ditancapkan kemudian tumbuh menjadi pahon dengan bunga yang indah. Bunga inilah yang menarik hati Raja Surakarta Pakubuwono IX  dan masyarakat lain sehingga tempat dimana pohon bunga itu tumbuh diberikan nama Sono (bung) rejo (ramai).
Kisah lainnya mengenai Kampung Kedung Gudel yang merupakan salah satu tempat dimana Pangeran Diponegoro bertemu dengan Pakubuwono VI dalam rangka memerangi Belanda, namun akhirnya terendus oleh Belanda dan sempat kampung ini dibumi hanguskan. Salah satu peninggalan yang tersisa hingga kni adalah Masjid Darussalam Kedung Gudel. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda kemudian perjuangan beliau diteruskan oleh RA Serang bersama salah satu senopatinya dan meninggalkan jejak persembunyian yang kini dikenal dengan nama Goa Mertan yang berada di desa Mertan Bendosari Sukoharjo. Beberapa nama kampung juga terkait dengan sejarah ini seperti Mulur, Jagan, Kenteng.

Baca juga Situs Cagar Budaya di Nguter
Jejak penyebaran agama Islam yang juga bisa anda temukan di Sukoharjo adalah keberadaan Watu Kelir yang berada di Pasar Watukelir, Weru Sukoharjo bagian Selatan. Konon dahulu disinilah sering diadakan wayangan sebagai media hiburan sekaligus media dakwah dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Selatan Sukoharjo. Bahkan Samber Nyawa alias Mangkunegara pertama juga melakukan perang gerilya melawan Belanda di daerah Sukoharjo Selatan ini.
Yang masih membuat kami penasaran adalah ditemukan beberapa peninggalan jaman Hindu atau Budha yang tersebar antara lain di wilayah Weru dan Baki Sukoharjo serta wilayah Nguter dengan penemuan arca-ara, untuk lebih lanjut tentunya menjadikan sebuah tantangan untuk mengali informasi terkait hal ini. Selain itu adanya berita mengenai harta peninggalan purbakala yang banyak ditemukan oleh para pemburu harta karun ditemkan diarea persawahan Joho Sukoharjo tentu juga menambah rasa penasaran mengenai Sukoharjo.
Lokasi yang masih menyimpan banyak peninggalan sejarah Kraton Solo yang bermula dari Kerajaan Pajang kemudian Kraton Kartosuro juga merupakan sebuah situs sejarah dan budaya yang ada di wilayah Sukoharjo. Beberapa petilasan dan makan kuno pun yang terkait dengan sejarah ini banyak berada di wilayah tersebut. Nah bagaimana nantinya Pemerintah dapat memanfaatkan potensi ini sebagai salah satu daya tarik wisatawan untu datang ke Sukoharjo dan mengolahnya dalam sebuah paket wisata sejarah dan budaya seperti yang sudah banyak di lakukan di tempat lain untuk menarik wisatan mancanegara khususnya agar Sukoharjo semakin dikenal di dalam peta Wisata Dunia.

Thursday, January 24, 2019

Kampung Kedung Gudel Kenep Kampung Peradaban Islam Pertama di Sukoharjo

Masjid Darussalam Kedung Gudel

Salah satu bukti tentang Kampung Kedung Gudel sebagai salah satu Kampung dengan Peradaban Islam adalah adanya Masjid Darusslaman yang sudah ada kokoh berdiri sejak 1837 (ini adalah renovasi ke 3) yang tercatat dalam prasasti yang berada di depan masjid Kedung Gudel. Kisah Kampung Kedung Gudel dimulai dengan salah satu murid Sunan Kalijaga yang berkelana untuk menyebarkan ajaran agama Islam di pedalaman Pulau Jawa. Murid yang berasal dari Pulau Lombok tersebut akhirnya dikenal dengan nama Kyai Lombok. Menurut arahan Sunan Kalijaga sang murid tersebut disuruh berjalan ke arah selatan dari Demak hingga menemukan tepian bengawan solo yang berpasir seperti pantai di seblah utara Gunung Gajah Mungkur. Dan akhirnya menetap dan berdakwah di Kampung Kedung Gudel. Nama kampung Kedung Gudel sendiri berasal dari kata Kedung (lubuk) dan Gudel (anak kerbau). Pada saat selesai pembangunan Masjid Darussalam konon salah satu hewan ternak Kyai Lombok terjerembab ke dalam lubuk Bengawan Solo sehingga sebagai pengigat nama kampung tersebut akhirnya dinamakan Kedung Gudel.

Kyai Lombok pendiri Kampung Kedung Gudel

Makam Kuno Islam di Kedung Gudel

Secara administratif kampung Kedung Gudel berada di Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, dan berada di sebelah barat laut dari kota Sukoharjo. berbatasan dengan Banmati di sisi selatan, Tangkisan di sisi Barat. Dulunya memang merupakan kampung di tepian Bengawan Solo namun karena sering mengalami banjir akhirnya dibuatlah proyek pelurusan sungai Bengawan Solo dan kini kampung Kedung Gudel termasuk dalam wilayah Kalimati. Hal ini sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar kampung Kedung Gudel dimana dulunya alat transportasi lewat jalur sungai sehingga kampung Kedung Gudel menjadi ramai kini menjadi semakin sepi dan jauh dari hiruk pikuk keramaian.
Desa Wisata Kreatif Kenep

Mimbar Masjid dengan keindahan seni ukir

Salah satu tanda bahwa Kedung Gudel dulunya merupakan tempat ramai adalah dengan pemukiman yang padat penduduk dengan adanya model rumah saling berhimpitan satu dengan yang lainnya. Terdapat pula pasar tradisional yang hingga kini masih berfungsi setiap pagi hari. Masjid tua Darussalam juga salah satu bukti adanya peradaban Islam yang tinggi disini. Konon disinilah kala itu Raja Kraton Surakarta memberikan dukungan dan bertemu dengan Pangeran Diponegoro saat melawan penjajah Belanda. Disinilah ibarat kita mendapatkan bukti sejarah yang hilang dari sejarah bangsa Indonesia khususnya budaya Islam. Di masjid inilah juga pernah diadakan Muktamar Muhammadiyah Pertama yang saat itu Surakarta sebagai tuan rumah. Dan pada saat itu para peserta Muktamar mendapatkan jamuan Bothok Miri yang merupakan salah satu menu asli Kedung Gudel yang hingga kini masih ada.
Kedung Gudel merupakan salah satu basis para pejuang perlawanan kepada Belanda, beberapa kali tempat ini menjadi medan pertempuran namun atas izin Allah kampung Kedung Gudel tetap berdiri kokoh hingga sekarang. Menurut salah satu pemerhati budaya dan sejarah yang kami temui di Kedung Gudel yaitu mas Sehono, bahwa kampung Kedung Gudel yang ada sekarang ini merupakan lapis ke 3 karena 2 lapis sebelumnya terjadi penghilangan sejarah yaitu karena kondisi perang dan politik yang juga dipengaruhi perlawanan Pangeran Diponegoro kepada Belanda selain itu faktor geografis yang berada di pinggir Bengawan Solo dimana sungai ini sering banjir besar banyak menghilangkan bukti-bukti naskah sejarah yang ada sehingga untuk pendalaman lebih lanjut tentang sejarah Kedung Gudel hanya bisa disusun dari bukti-bukti sejarah yag masih ada seperti masjid, kuburan kuno, dan cerita dari para pinisepuh yang masih ada. Masih terkait perjuangan Diponegoro di situs Goa Mertan Bendosari

Pasar Tradisional Kedung Gudel

Dari segi kehidupan bermasyarakat di Kampung Kedung Gudel termasuk dalam strata golongan masyarakat menengah keatas, hal ini dapat dilihat dari aneka kuliner yang bertahan hingga saat ini. Jenang dodol dan Jenang Krasikan merupakan salah satu makanan kecil yang menjadi cemilan para raja-raja dahulu serta menjadi bekal bagi para penyebar agama Islam saat berkeliling ke daerah-daerah lainnnya. Kebudayaan lain yang menunjukkan bertama majunya masyarakat Kedung Gudel kala itu adalah ukiran yang masih tersisa di mihrab masjid yang sangat halus dalam penataan gambarnya.
Baca juga mengenai Kisah Sejarah Waduk Mulur
Nah jika anda sekalian tertarik untuk menikmati suasana masa lampau khususnya untuk menikmati kejayaan masa Islam anda bisa berkunjung ke kampung Kedung Gudel yang berada di Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo. Berkeliling di kampung Kedung Gudel serasa waktu berhenti sejenak dan terasa sangat damai dan asrinya suasana di kampung ini. Bernostalgia dengan masa lalu dengan menyusuri gang dan jalan di Kedung Gudel akan memberikan sebuah sensasi tersendiri dengan kearifan masyarakat sekitarnya yang tergolong sangat maju dalam pola pikirnya. Semoga keadaan Kampung Kedung Gudel sebagai salah satu bukti sejarah dan budaya tetap selalu lestari dan dijaga dengan baik oleh kita semua dan dapat menjadi warisan sejarah dan budaya bagi anak cucu kita nanti.

Sunday, January 13, 2019

Patung Ganesha di Desa Tepisari Polokarto

Patung Ganesha Ngluwar Tepisari Polokarto

Salah satu Kampung KB yang berada di kecamatan Polokarto adalah Kampung KB Ngluwar yang berada di Desa Tepisari dimana tempat ini juga memiliki salah satu keunikan dengan adanya Patung Ganesha yaitu patung tokoh dewa dalam pewayangan berujud manusia berkepala Gajah yang memiliki keilmuan tinggi. Patung ini merupakan prasasti yang menjadi penanda adanya Bantuan Air Bersih bagi warga desa dari Tentara Pelajar sesuai dengan isi prasasti yang berada di bawah patung Ganesha tersebut.

Kampung KB Dukuh Ngluwar Tepisari Polokarto
Baca juga Makam Gajah Asal Usul Begajah
Dukuh Ngluwar merupakan salah satu dukuh yang berada di Desa Tepisari Polokarto dan dijadikan sebagai Kampung KB hal ini terlihat dari tanda di gerbang dukuh Ngluwar. Anda pun bisa menikmati sejuk dan asrinya suasana pedesaan disini dimana terdapat area persawahan di kanan dan kiri perkampungan ini serta adanya hutan karet yang berada di utara Dukuh Ngluwar.
Jalan menuju ke Kampung KB Ngluwar memang sedikit mengalami kerusakan karena aspal mengelupas dan butuh perbaikan karena jalan inilah yang menjadi satu-satunya akses menuju ke kampun Ngluwar dari Kenongkorejo.
Monumen Tanah Kritis Jumantono Karanganyar

Suasana pedesaan yang asri
Kampung KB Pundungsari Bulu Sukoharjo
Nah jika anda ingin kesini silahkan saja megambil jalur lurus ke Timur dari Puskesmas Kenongkorejo Polokarto nantinya anda akan langsung bisa menjumpai Kampung KB Ngluwar kira-kira 3km ke arah timur dari perempatan puskesmas Kenongkorejo Polokarto.

Obyek Wisata Jembatan Gantung Dukuh Menjing Desa Kayu Apak Polokarto Sukoharjo

Jembatan gantung Menjing Kayu Apak Polokarto

Satu lagi obyek wisata hadir di Sukoharjo yaitu Obyek Wisata Jembatan Gantung Dukuh Menjing yang berada di Desa Kayu Apak Kecamatan Polokarto Sukoharjo. Lokasi ini dahulunya adalah jembatan penghubung antara dukuh Menjing dengan dukuh Kayu Apak yang terpisah oleh Kali Samin. Setelah hadir jembatan permanen dari rangka baja dan beton kini lokasi jembatan gantung dipercantik dengan penambahan berbagai aksesories seperti perahu bambu, gazebo dan aneka tanaman bunga.
Jembatan kayu yang kini biasa disebut sebagai Jembatan Pelangi Menjing ini berada di antara 2 kampung yaitu Kayu Apak dan Menjing yang terpisahkan oleh aliran Sungai Samin dari Karanganyar. Sebagai tempat yang berada di perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar tentu saja pengunjung banyak yang berasal dari kedua wilayah kabupaten tersebut bahkan hingga Solo Raya karena perkembangan dunia informasi secara cepat melalui media sosial. Beberapa videopun sudah banyak diunggah di Youtube dan selalu mendapat viewers yang banyak tentu hal ini merupakan sebuah langkah yang sukses dilakukan oleh Pemerintah Desa Kayu Apak.
Baca juga mengenai Waduk Mulur dan Wisata Sejarah dan Budaya Kampung Kedung Gudel
Spot Selfi yang tersedia

Pemdes Desa Kayu Apak memang berinisiatif menjadikan tempat ini sebagai salah satu Obyek Wisata yang bisa dinikmati oleh masyarakat umum. Renovasi dan perbaikan area jembatan gantung ini pun dilakukan dengan pengecatan dan penambahan background untuk wisata swaphoto alias selfi bagi generasi millenial. Di beberapa akun sosial media seperti FB pun mulai gencar muncul photo-photo dengan latar belakang Jembatan Gantung Kayu Apak ini walaupun Obyek Wisata ini belum dibuka secara resmi.
Wisata Adrenalin Kali Menjing
Walaupun belum diresmikan namun keadaan Jembatan Pelangi di Kayu Apak ini setiap hari tak pernah sepi dari pengunjung yang memang penasaran dengan kabar yang beredar di media sosial terlebih dengan adanya obyek untuk photo selpi seperti perahu bambu dan dokar yang berada di sisi selatan jembatan gantung ini. Salah satu yang menjadi perhatian adalah jalan yang curam sehingga kami sarankan agar pengunjung berhati-hati dan terutama saat mengajak buah hati anda diharapkan waspada karena lokasi jembatan ini termasuk berbahaya jika tanpa pengawasan secara ekstra bagi ana anda sekalian. Lokasi yang memang berada tepat di Kali Samin ini mewajibkan anda harus ketat mengawasi anak anda agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Wisata Air TERBARU Masdulkabi di Baki Sukoharjo

Jembatan Menjing Kayu Apak
Outbond dan Renang di Kidoland Nguter Asik
Menurut salah satu warga, dengan adanya obyek wisata ini turut memberikan dampak positif bagi warga di sekitaranya semisal dengan berjualan aneka makanan dan minuman serta layanan parkir kendaraan. Pemandang di Obyek Wisata Jembatan Gantung ini tergolong masih asri dan alami dengan aliran sungai Kali Samin yang mengalir di bawahnya serta kontur yang sangat cocok sebagai latar belakang seperti berada di sebuah lembah dengan bukit di sekitarnya. Pemandangan indah dengan sawah model terasiring juga bisa menjadi latar photo selpi di sebelah utara Jembatan Pelangi Kayu Apak ini, atau sekedar duduk manis dibawah gazebo yang terdapat di sekitar lokasi.
Jika anda pengen ke tempat ini bisa melalui perempatan Papahan Karanganyar ke arah Selatan kemuidian belok kiri sekitar 100 meter dan ada papan penunjuk di Kayu Apak, atau dari Bekonang lurus ke arah timur sampai pasar Kayu Apak nanti ada papan penunjuk masuk ke obyek Jembatan Pelangi Menjing Kayu Apak.

Gazebo yang tersedia

Lokasi juga bisa anda susuri melalui Google Map ini berada di sebelah selatan dari Dukuh Kayu Apak Polokarto. Untuk mencapai lokasi pastikan kondisi rem kendaraan anda bagus karena harus menuruni jalan yang cukup curam menuju ke lokasi. Mungkin anda bisa melihat dari photo yang tersaji di blog kami ini sebagai panduan.

Cantik bukan (sumber: medsos)
Lokasi ini juga cocok bagi anda yang suka gowes untuk menjadikan sebagai salah satu titik tujuan bersepeda anda sekalian. Baca juga Perlengkapan Gowes Gia Jersey Komplit
Jalan temudah anda wajib datang ke desa Kayu Apak yang berada di barat Waduk Lalung, tepatnya memang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar. Sampai di Pasar Kayu Apak silahkan ambil jalur ke selatan menuju ke dukuh Menjing atau bertanyalah pada penduduk sekitar pasar Kayu Apak nanti akan diberikan arah yang tepat. Apresiasi yang tinggi untuk Pemerintah Desa Kayu Apak atas sebuah inovasi dan ide kreatifnya memberikan tempat hiburan yang murah meriah dan memberikan sebuah karya nyata untuk mengembangkan potensi Desa. Semoga ke depan banyak wilayah lain yang meniru ataupun terinspirasi dengan langkah ini agar masyarakat sekitarpun bisa merasakan manfaat yang nyata dari pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan.

Warna warni (sumber: medsos)
Dari sebuah akun media sosial yang dibagikan penampakan Obyek Wisata terbaru di wilayah Sukoharjo ini sangat menarik dan membuat penasaran para netizen khususnya yang ada di media sosial. Hal ini terlihat dari beberapa unggahan photo yang menikmati suasana yang ada di wisata Jembatan Pelangi Menjing Kayu Apak ini. Bermacam wahan yang disediakan terlebih untuk swaphoto atau selpi merupakan salah satu andalan yang ditawarkan oleh pengelola dalam menarik wisatawan untuk datang kesini.
Jembatan Pelangi di Desa Tanjung Nguter Sukoharjo
Nah jika anda tertarik silahkan datang kesini namun untuk peresmian saat ini masih dalam tahap renovasi dan penambahan serta pembenahan obyek agar nantinya menjadi lebih layak dan nyaman untuk anda kunjungi bersama keluarga. Walaupun masih dalam finishing animo masyarakat ternyata sudah tidak sabar dan setiap hari  masyarakatpun datang untuk menikmati obyek wisata Terbaru ini. Kemungkinan bulan depan lokasi ini sudah siap menjadi Obyek Wisata Jembatan Gantung Dukuh Menjing Desa Kayu Apak Polokarto Sukoharjo.

Tuesday, January 8, 2019

Wisata Seni Mural di Kampung KB Pundungsari Malangan Bulu



Saat ini di wilayah Sukoharjo banyak digalakkan Kampung KB sebagai salah satu bentuk dukungan untuk program KB Nasional. Dengan ciri khas masing-masing Kampung KB yang ada membuat masyarakat semakin sadar dengan perencanaan keluarga dan lingkungan. Salah satu keunikan yang kami temuai adalah adanya seni mural yang bertema KB dan terdapat di Kampung KB Pundungsari Malangan Bulu Sukoharjo. Kampung Pundungsari terletak di sebelah timur kecamatan Tawangsari dan merupakan wilayah paling barat dari kecamatan Bulu.


Jika anda berada di Tawangsari anda tinggal berbelok ke arah timur menuju Desa Malangan dan sudah anda dapati Kampung KB Pundungsari. Disini ada beberapa lukisan mural yang bisa menjadi wahana swaphoto atau selfi bagi anda yang berjiwa millenial dan tidak dipungut bayaran.
Kampung KB Ngluwar Tepisari Polokarto memiliki Patung Ganesha

Kampung KB Pundungsari Malangan Bulu

2 Anak Cukup
Cuwono Land Taman Bermain Masa Depan
Lukisan mural ini merupakan karya salah satu warga yang memang memiliki bakat dan kemampuan dalam melukis mural. Nah anda tertarik untuk berswaphoto silahkan datang dan jeprat jepret disini untuk di unggah ke akun media sosial anda sekaligus sebagai kampanye untuk menjadi keluarga KB.

Potensi Wisata Budaya di Weru Sukoharjo

Watu Kelir

Sebagai salah satu wilayah di Sukoharjo yang terdiri dari 12 kecamatan Weru merupakan salah satu yang memiliki potensi wisata budaya yang berada di bagian selatan Sukoharjo. Jika anda menyisir satu persatu akan ditemukan aneka peninggalan sejarah yang ada di wilayah ini. Salah satunya adalah Watu Kelir yang berada di Watukelir Weru. Cerita menyebutkan pada jaman wali songo di tempat ini sering dijadikan ajang untuk berdakwah yaitu melalui pagelaran Wayang Kulit dimana diadakan di sebuah pohon asem yang rindang yang kini sudah berumur ratusan tahun.

Pasar Watukelir
Dibawah pohon asem inilah terdapat Watu (batu) yang mirip papan dan tegak menyender pada pohon asem tersebut sehingga disebut Kelir (latar pada panggung) yang digunakan untuk menggelar acara Wayang Kulit.
Sayang sekali kondisi di sekitar pohon asem ini tidak begitu indah karena berada di bagian pasar Watu Kelir sehingga terlihat kurang menarik bagi yang tidak tahu sejarah tempat ini. Saat kami hadirpun terlihat sepi karena pasar Watukelir memang memiliki hari pasaran yaitu Wage dan Legi sehingga memang tidak ada aktivitas keramaian di pasar saat kami kunjungi.

Candi Sirih Weru

Selain Watu Kelir masih ada peninggalan sejarah budaya lainnya yaitu Candi Sirih yang terletak di dukuh Kersan Desa Karanganyar Weru. Bangunan candi yang tersusun dari bebatuan kapur memang tidak terlihat seperti Candi pada umumnya yang terdapat arca atau patung. Disini hanya terlihat dan namapak seperti tumpukan batu saja. Masyarakat percaya bahwa dahulunya ini adalah sebuah bangunan Candi sehingga tetap masih terlihat walaupun memang tidak terawat dengan semak belukar di sekitarnya.
Daerah lainnya yang menyisakan sejarah budaya adalah Desa Ngreco konon nama ini dari kata Reco (arca) yang memang pernah ditemukan di wilayah ini. Namun kami sendiri belum sempat menelisik lebih jauh mengenai keberadaan arca dan sejarah budaya yang ada di wilayah Ngreco ini.
Nah bagi anda yang mencintai sejarah budaya silahkan anda datang dan mencari tahu lebih lanjut dengan berkunjung ke kecamatan Weru khususnya desa Ngreco, Watukelir dan Karanganyar. Semoga bermanfaat.

Monday, January 7, 2019

Pengembangan Potensi Wisata di Desa Karangasem Bulu Sukoharjo

Cuwono Land sebagai Ikon Desa Karangasem Bulu Sukoharjo

Sebagai salah satu desa yang kini mulai berbenah menjadi tempat tujuan wisata dan menunjang potensi pengembangan pembangunan di pedesaan maka Desa Karangasem pun tak mau kalah dengan wilayah lainnya di Sukoharjo. Dengan bermodalkan wilayah yang memiliki panorama pedesaan yang asri dan dikelilingi pegunungan kini pemerintah Desa Karangasem pun sedang merencakan pembangunan kawasan wisata terpadu. Dimulai dengan adanya Cuwono Land yaitu taman untuk berswaphoto yang sudah mulai dilirik oleh para pengunjung khususnya para pecinta sepeda gowes sebagai salah satu titik rehat sebelum melanjutkan perjalanan. Disini juga terdapat beberapa mainan anak yang bisa dinikmati untuk melatih ketangkasan dan memberikan hiburan bagi anak-anak.


Menurut salah satu pemuka desa bahwa pengembangan Desa Karangasem nantinya ke depan akan dijadikan salah satu tujuan wisata alam terpadu. Hal ini sudah dimulai dengan betonisasi di sekitaran Cuwono Land, nantinya juga akan ditambah dengan berbagai wahana permainan anak lainya yang mendukung kawasan Cuwono Land semakin tertata dan semakin tampak indah dengan latar belakang pegunungan Seribunya.
Baca juga artikel terkait Eksotisme Bulu Sukoharjo

Soto Nylempit Cuwono

Saat ini Desa Karangasem pun sedang bersiap untuk Lomba Imunisasi tingkat Propinsi mewakili Kabupaten Sukoharjo sehingga sarana pendukungpun akan dilengkapi, salah satunya yaitu pengecatan dan renovasi di seputaran Cuwono Land juga PAUD yang ada di Karangasem. Pengembangan Desa Karangasem juga mendapatkan perhatian pemerintah dengan menggiatkan BUMDES yang nantinya bisa menjadi motor penggerak khususnya di bidang perekonomian masyarakat Desa Karangasem. Sektor peternakan dan pertanianpun tak luput dari perhatian pemerintah desa dengan berbagai program pengadaan hewan ternak ataupun bibit tanaman sayur dan buah.
Lukisan Mural Bus Tayo di jalan setapak Cuwono Land



Penjualan Bibit Tanaman di Rumah Singgah Cuwono

Selain itu pemberdayaan Karang Taruna juga ikut mendukung perkembangan Desa Karangasem agar lebih produktif dan bisa mengurangi angka pengangguran di sekitar wilayah Desa Karangasem. Salah satunya dengan memberikan pelatihan untuk mengembangkan perikanan dan penanaman sayuran serta buah lewat Rumah Singgah Cuwono dengan bimbingan dari pemerintah Desa Karangasem.
Nah jika anda ingin tahu lebih lengkap silahkan anda berkunjung ke Desa Karangasem yang terletak di Kecamatan Bulu Sukoharjo, anda bisa mengakses dan mendapatkan jalur melalui peta Google Maps dengan nama Cuwono Land.